Stres selama kehamilan telah lama diketahui memiliki dampak negatif pada kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandung. Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa stres selama kehamilan juga dapat meningkatkan risiko anak mengalami epilepsi.
Epilepsi adalah gangguan neurologis kronis yang ditandai dengan kejang yang berulang. Penyebab pasti epilepsi belum diketahui dengan pasti, namun faktor genetik dan lingkungan diyakini berperan dalam perkembangan penyakit ini.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Epilepsia ini melibatkan lebih dari 1,4 juta anak di Swedia yang lahir antara tahun 1987 dan 2014. Para peneliti menemukan bahwa anak yang dilahirkan dari ibu yang mengalami stres selama kehamilan memiliki risiko 35% lebih tinggi untuk mengalami epilepsi dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak mengalami stres.
Stres selama kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah keuangan, konflik dalam hubungan, atau tekanan kerja. Stres tersebut dapat memengaruhi perkembangan janin, termasuk perkembangan sistem sarafnya. Hal ini dapat berdampak pada risiko anak mengalami gangguan neurologis seperti epilepsi.
Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk menjaga kesehatan mental mereka selama kehamilan. Mendapatkan dukungan emosional, melakukan aktivitas relaksasi, dan mengelola stres dengan baik dapat membantu mengurangi risiko anak mengalami epilepsi di kemudian hari.
Selain itu, perawatan prenatal yang adekuat juga penting untuk mencegah komplikasi selama kehamilan dan memastikan perkembangan janin yang sehat. Konsultasikan dengan dokter atau bidan mengenai cara-cara untuk mengurangi stres selama kehamilan dan menjaga kesehatan mental Anda dan janin yang Anda kandung. Semoga informasi ini bermanfaat bagi para ibu hamil yang sedang mengalami stres.